🎈 Kesimpulan Dan Saran Diabetes Melitus
Penyebabdan Gejala Batu Ginjal. Batu ginjal terbentuk akibat tingginya kadar zat kimia, seperti kalsium, asam oksalat, dan fosfor dalam urine. Zat-zat ini dapat membentuk kristal dan menumpuk di ginjal. Seiring berjalannya waktu, kristal tersebut akan makin keras seperti batu. Tingginya kadar zat kimia dalam urine dapat terjadi akibat konsumsi
Samplingtechnique using the total population of 30 respondents. The results showed that the education level of clients with diabetes mellitus was mostly elementary school (SD - SMP) as many as 14 people (46,7%), and the anxiety level of clients with diabetes mellitus mostly on the anxiety was 13 people (43,3%). Education is one factor that
FKUNS Jalin Kerja Sama dengan PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (Pertamedika IHC) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS) pada hari Jum'at (22/07/2022) menerima kunjungan perwakilan dari PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (Pertamedika IHC) dalam rangka penandatanganan perjanjian kerja sama.
Kerangkakonsep penelitian - KESIMPULAN DAN SARAN. Upload Dalam dokumen HUBUNGAN PEMBENTUKAN BIOFILM OLEH BAKTERI GRAM NEGATIF DENGAN RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA WANITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS (Halaman 54-0) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 2.5 Kerangka konsep penelitian. Variabel Independen Variabel Dependen
Komadiabetik timbul karena kadar gula glukosa dalam darah terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Sedangkan komplikasi kronik diabetes mellitus terjadi karena penderita lengah maka komplikasi diabetes mellitus dapat menyerang alat tubuh, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki termasuk semua alat tubuh didalamnya.
DAFTARTABEL Halaman Tabel 1. Definisi operasional variabel penelitian 30 Tabel 2. Statistik penelitian berdasar kelompok umur di poliklinik saraf RSUP Dr.
BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang terkontrol lebih sedikit mengalami kejadian tidak anemia dengan kadar hemoglobin ≥ 13 g dibandingkan dengan kejadian anemia.
Pemberianpijat refleksi pada penekanan pada titik refleksi hati, rangsangan penderita diabetes melitus tipe II dengan tersebut akan mempengaruhi fungsi hati. Telah Canadian Journal of KESIMPULAN DAN SARAN Diabetes, 42, S154-S161. Berdasarkan dari
dengandiet dan olahraga. (Soegondo, dkk,2005). Diabetes Melitus dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Diabetes Mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM atau DM Tipe1). Kebanyakan Diabetes tipe-1 adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakitnya diketahui mereka harus langsung memakai insulin.
Kriteriadiagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan : 1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
BAB5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi di Puskesmas "X" wilayah Surabaya Timur memiliki tingkat kepatuhan yang cukup tinggi ditunjukkan 75,56% responden dinyatakan patuh dan 24,44% responden dinyatakan tidak patuh. 2.
diabetesmellitus pada tahun 2012 sebanyak 1,5 juta jiwa meninggal dunia disebabkan oleh diabetes melitus dan kurang lebih 80 % dari kematian tersebut terjadi pada Negara yang berpenghasilan menengah kebawah atau negara yang berkembang ( WHO, 2013). Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
MNcTD. 1. Pengetahuan mayoritas masyarakat masih dalam kategori sedang dan kurang maka, sebaiknya program-program penyuluhan perlu ditingkatkan kepada pasien yang mengunjungi Poli-Endokrinologi bagi tujuan kontrol. 2. Petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien segala persoalan yang timbul mengenai diet DM dan ini pasti akan membantu pasien supaya lebih memahami kepentingan diet DM. 3. Mahasiswa calon dokter harus memperlengkapkan diri dengan informasi yang sepatutnya dan fakta-fakta tersebut haruslah diperoleh dari sumber-sember yang valid dan berpandukan evidance based. Mahasiswa haruslah mengikuti perkembangan semasa mengenai diet DM supaya dapat memberikan saranan yang sepatutnya kepada pasien. 4. Pasien perlu mendapatkan keterangan mengenai diet DM dari sumber yang boleh kata lain dokter merupakan pilihan yang tepat karena tidak semua fakta yang diperoleh dari teman atau tetangga itu sebaiknya dapatkan informasi dari petugas kesehatan yang lebih mengetahui tentang penyakit DM. DAFTAR PUSTAKA Barclay L, 2010. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed. Available from http//www. [Accessed 14 April 2010] Bajaj. JS,1983. Malnutrition Diabetes-Pre Federation Post Graduate Course on Diabetes Mellitus in General Medicine, Bangkok. Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, Edisi 8, EGC Jakarta. Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta Haznam, MW. 1996. Kepatuhan Berobat pada Diabetes Mellitus. Sub. Unit. Endokrinologi, Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad / RSHS Bandung. Dalam Siregar, R. 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi. Fakultas Kedokteran Masyarakat Universitas Indonesia. Hiswani, 2001. Penyuluhan Kesehatan pada penderita Diabetes Mellitus. USU Repository, 2006. Available from [Accessed 15 April 2010] Hiswani,2010. Peranan gizi dalam Diabetes Mellitus. USU Repository, 2006. Available from International Diabetes Federation, 2008 Latest diabetes figures paint grim global picture. Available from paint-grim-global-picture. [Accessed 12 April 2010] . [Accessed 15 April 2010] International Diabetes Institute, 2004 Hypoglycemia fact sheet. Available from [Accessed 15 May 2010] Iwan S, 2010. Askep Klien dengan gangguan Sistem Endokrin Diabetes Mellitus. Available from [Accessed 15 April 2010] Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT. Rineka Cipta. 79-92, 112-115, 117-136. Pranadji DK. 1997. Perencanaan Menu untuk Diabetes Melitus. Jakarta Penebar Swadaya. Sastroasmoro, S., Gatot, D., Kadri, N., Pujiarto, 2008 Usulan Penelitian. Dalam Sastroasmoro, S., Ismael, S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ketiga. Jakarta Sagung Seto. 46-51 Setiabudi, 2008. Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus. Available from [Accessed 10 April 2010] Waspada Online, 2009. Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available from 5-medan-terbanyak-penderita-diabetes&catid=14medan&Itemid=27 [Accessed 2 April 2010] WHO 1974. Handbook of human nutritional requirements. WHO monograph series 61, Geneva. People Daily Online. Available from [Accessed 2 April 2010] Yaspelkis, Ben B., 2006. Resistance Training Improves Insulin Signaling and Action in Skeletal Muscle. Available from essr/Abstract/2006/01000/Resistance_Training_Improves_Insulin_Signaling_ [Accessed 10 April 2010] DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Baran Palanimuthu Tempat / Tanggal Lahir Selangor / 22 Maret 1987 Agama Hindu Alamat Blok 6,No 74,Tasbi II ,Medan Riwayat Pendidikan SRK Subang 1994-SD SMK Subang 2000-Sijil Pelajaran Malaysia SMK La Salle,PJ 2007-Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia Kolej Sentral,Pahang 2007-Matrikulasi USU Riwayat Pelatihan Program Latihan Khidmat Negara 2006 Riwayat Organisasi Ahli Kelab Kebudayaan India Malaysia. LAMPIRAN LEMBAR PENJELASAN Salam sejahtera bagi kita semua, Saya, Baran Palanimuthu, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam,RSUP Haji Adam Malik, Medan”. Seperti yang diketahui,penyakit Diabetes Mellitus merupakan antara penyakit yang mencatatkan prevalensi tertinggi bukan sahaja di negara maju,tetapi juga di negara yang sedang membangun. Penyakit yang digelar “the great immitator” ini merupakan faktor pencetus kepada penyakit lain yang bersifat membunuh contohnya penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, atau lain-lain penyakit sistemik selain memperburuk perjalanan penyakit yang sedia ada seperti infeksi dan lain-lain. Justeru, penatalaksanaan bagi penyakit ini tidak hanya meliputi pemberian obat-obatan Diabetes sahaja, tetapi kontrol diet juga amatlah penting bagi mempertahankan perjalanan penyakit supaya tidak menjadi parah. Penelitian saya akan meliputi sejauh mana masyarakat Medan sadar akan kepentingan diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Penelitian Saya ini menggunakan lembaran pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban yang sudah saya sediakan. Saya mengharapkan kerjasama dari Saudara/i untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan pertanyaan yang ada. Dengan menjawab pertanyaaan tersebut kita akan mengetahui tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Jawaban yang Saudara/i berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudara/I tetap dirahasiakan dan tidak akan dituliskan atau disebarkan. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin Saudara/i tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di Alamat Blok 6 , II No. Telepon / HP 081973124221 Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat Saya harapkan. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Demikian penjelasan ini Saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, Saya ucapkan terima kasih. Medan, ________________ 2010 LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN INFORMED CONSENT Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Umur Kelas Kelamin Setelah membaca/mendapatkan penjelasan dan saya memahami sepenuhnya tentang penelitian ini Judul Penelitian Tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes Melitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik. Name Peneliti BARAN PALANIMUTHU Jenis Penelitian Deskriptif dengan pendekatan cross sectional Lokasi Penelitian Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Institusi yang melakukan Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti dalam penelitian, Medan, ...2010 ____________________ Lampiran 2 KUISIONER JUDUL TAHAP PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLI-ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN. Saya adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuisioner ini untuk mendapatkan data – data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Oleh itu saya berharap kesedian setiap partisipan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan nurani anda. Anda bebas memilih jawaban. Kerjasama partisipasi sangat dihargai. DATA RESPONDAN Nama Umur Jenis kelamin Perkerjaan Tingkat Pendidikan 1. Memakan terlalu banyak gula glukosa merupakan faktor utama Diabetes Mellitus A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 2. Diabetes Mellitus bisa menyebabkan ketajaman penglihatan berkurang . A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 3. Penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti bisa diobati. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 4. Jika anda mengambil insulin pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan kadar gula darah anda akan menurun A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 5. Jus buahan yang tidak dicampur gula akan menaikkan kadar gula darah. A. YA B. TIDAK 6. Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk mempertahankan gula tubuh glukosa dari urine. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 7. Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang menyebabkan badan seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang ringan C. TIDAK PASTI 8. Tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus adalah dengan periksa urine A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 9. Insulin merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 10. Kekurangan insulin atau penurunan dari kerja insulin menyebabkan kadar gula darah naik Diabetes Mellitus A. YA B. TIDAK 11. Makanan segera seperti Mie Instant mempunyai kalori yang lebih tinggi jika dibanding dengan semangkok nasi. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 12. Pasien Diabetes Mellitus dianjurkan meminum minuman penambah energi minuman isotonik. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 13. Berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat- obatan insulin sehari-hari. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 14. Menggeletar shaking dan berkeringat merupakan tanda peningkatan kadar gula darah. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 15. Selalu BAK dan dahaga merupakan tanda dari kadar gula darah yang rendah. A. YA B. TIDAK PERTANYAAN 1 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 55 TIDAK PASTI 5 BENAR 15 Total 75 PERTANYAAN 2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 20 TIDAK PASTI 2 BENAR 53 Total 75 PERTANYAAN 3 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 29 TIDAK PASTI 8 PERTANYAAN 3 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 29 TIDAK PASTI 8 BENAR 38 Total 75 PERTANYAAN 4 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 8 TIDAK PASTI 3 BENAR 64 Total 75 PERTANYAAN 5 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 57 TIDAK PASTI 4 PERTANYAAN 4 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 8 TIDAK PASTI 3 BENAR 64 Total 75 PERTANYAAN 6 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 56 TIDAK PASTI 4 BENAR 15 Total 75 PERTANYAAN 7 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 24 TIDAK PASTI 26 PERTANYAAN 6 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 56 TIDAK PASTI 4 BENAR 15 Total 75 PERTANYAAN 8 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 36 TIDAK PASTI 6 BENAR 33 Total 75 PERTANYAAN 9 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 12 TIDAK PASTI 17 PERTANYAAN 9 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 12 TIDAK PASTI 17 BENAR 46 Total 75 PERTANYAAN 10 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 18 TIDAK PASTI 16 BENAR 41 Total 75 PERTANYAAN 11 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 49 TIDAK PASTI 9 PERTANYAAN 11 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 49 TIDAK PASTI 9 BENAR 17 Total 75 PERTANYAAN 12 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 36 TIDAK PASTI 9 BENAR 30 Total 75 PERTANYAAN 13 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 49 TIDAK PASTI 15 BENAR 11 Total 75 PERTANYAAN 14 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 45 TIDAK PASTI 5 BENAR 25 Total 75 PERTANYAAN 15 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 28 TIDAK PASTI 8 BENAR 39 Total 75 UMURNEW Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 21-30 4 31-40 22 41-50 14 51-60 22 61-70 11 71-80 2 Total 75 TINGKAT PENGETAHUAN Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid KURANG 26 SEDANG 43 BAIK 6 Total 75 JENIS KELAMIN RESPONDEN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation Count TINGKAT PENGETAHUAN Total KURANG SEDANG BAIK JENIS KELAMIN RESPONDEN LAKI-LAKI 16 22 5 43 PEREMPUAN 10 21 1 32 Case Processing Summary N % Cases Valid 75 Excludeda 0 .0 Total 75 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .707 15 UMURNEW * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation Count TINGKAT PENGETAHUAN Total KURANG SEDANG BAIK UMURNEW 21-30 1 3 0 4 31-40 8 11 3 22 41-50 6 8 0 14 51-60 7 12 3 22 61-70 4 7 0 11 71-80 0 2 0 2 Total 26 43 6 75 TINGKAT PENDIDIKAN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation TINGKAT PENGETAHUAN Total KURANG SEDANG BAIK TINGKAT PENDIDIKAN SD 5 4 0 9 SMP 8 11 0 19 SLTA 6 3 0 9 SMA 7 14 0 21 S-1 0 11 6 17 Total 26 43 6 75
Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan penelitian ini adalah 1. Nilai MPV lebih tinggi pada pasien dengan nilai HBA1c ≥6 atau DM tidak terkontrol dengan nilai HBA1c pasien 6 atauDM terkontrol ± fL. 2. Nilai MPV lebih tinggi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang memiliki komplikasi lebih dari 2,dengan nilai MPV fL. 3. Pada penelitian ini, nilai MPV pada pasien yang telah menderita DM tipe 2 kurang dari tiga tahun fL, yang menderita selama tiga sampai lima tahun, nilai MPV fL, sedangkan yang menderita DM Tipe 2 lebih dari lima tahun memiliki nilai MPV fL. 4. Nilai MPV pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan adanya ulkus lebih tinggi dari pasien dengan tanpa ulkus fL. 5. Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP. Haji Adam Malik Medan, mayoritas berjenis kelamin perempuan berusia 31-60 tahun bertempat tinggal di Medan berpendidikan tamat SLTA 6. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 yang paling banyak terjadi di RSUP. Haji Adam Malik Tahun 2014 adalah neuropati Saran Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut 1. Rekam medis sebaiknya ditulis dengan lengkap dan melampirkan hasil pelaporan pemeriksaan dan follow up, serta informasi-informasi penting lainnya sehingga memudahkan dalam pengolahan data. 2. Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai nilai MPV pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan tingkatan yang lebih tinggi, yaitu penelitian analitik. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes Melitus Definisi Menurut America DiabetesAssociation ADA tahun 2012, Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau tersebut berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diagnosis DM menurut ADA jika hasil pemeriksaan gula darah - Kadar gula darah sewaktu lebih atau sama dengan 200 mgdl. - Kadar gula puasa lebih atau sama dengan 126 mgdl. - Kadar gula darah lebih atau sama dengan 200 mgdl pada 2 jam setelah beban glukosa pada tes toleransi glukosa ADA,2012. Klasifikasi Klasifikasi Diabetes Mellitus berdasarkan PERKENI 2011 terbagi atas PERKENI,2011 a. Diabetes Melitus tipe-1 artinya bahwa terjadi defisiensi insulin absolute akibat destruksi sel beta yang penyebabnya dapat autoimun maupun idiopatik. b. Diabetes Melitus tipe-2 artinya defisiensi insulin relatif yang terjadi akibat defek sekresi insulin lebih dominan daripada resistensi insulin atau sebaliknya, yakni resistensi insulin lebih dominan daripada defek sekresi insulinnya. c. Diabetes Melitus tipe lain d. Diabetes Melitus kehamilan gestasional, terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat dan menggunakan seluruh insulin selama kehamilan. Universitas Sumatera Utara Faktor Risiko Menurut Suyono 2007, beberapa faktor DM, antara lain a. Faktor keturunan b. Faktor kegemukan IMT 25 kgm². - Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat. - Konsumsi makanan berlebihan - Kurang pergerakan c. Faktor demografi - Jumlah penduduk meningkat - Urbanisasi - Penduduk berumur diatas 40 tahun meningkat d. Kurang gizi Patogenesis Terjadinya Komplikasi Vaskular Kelebihan gula darah memasuki sel glomerulus melalui fasilitas glucose transporter GLUT, mengakibatkan peningkatan beberapa mekanisme seperti jalur poliol, jalur heksosamin, jalur Protein Kinase C PKC, dan penumpukan zat yang disebut sebagai advanced glcation endproducts AGEs. Suwitra, 2006 a. Peningkatan jalur poliol Banyak sel memiliki aldosa reduktase, yaitu, suatu enzim yang mengubah aldoheksosa, contohnya glukosa, menjadi alkohol jalur menyebabkan substrat untuk enzim ini bertambah. Kelebihan sorbitol yang diproduksi dari reaksi ini tidak dapat keluar dari sel dan dapat menyebabkan stress osmotik Suwitra,2006. b. Peningkatan jalur heksosamin Diduga berperan menyebabkan resistensi insulin karena terjadi pengalihan glukosa melalui jalur diduga berperan dalam penyakit mikrovaskular karena jalur ini menghasilkan substrat yang dapat menambah kerusakan vaskular Suwitra,2006. c. Pengaktifan jalur Protein Kinase C PKC Universitas Sumatera Utara Terjadi pengaktifan PKC yang tidak sesuai karena adanya peningkatan diacylglycerol DAG yang selanjutnya mengaktifkan beberapa isoform ini dapat mempengaruhi aliran darah dan mengubah permeabilitas endotel Suwitra, 2006. d. Pembentukan AGEs Pembuluh darah pengidap diabetes memperlihatkan akumulasi protein- protein AGE dan hal ini dapat menyebabkan pelepasan sitokin jika berikatan dengan makrofag dimana hal ini dapat mempengaruhi proliferasi dan fungsi vaskular Suwitra, 2006. Patofisiologi Pada DM tipe 2 terjadi dua defek fisiologi, yaitu kegagalan sekresi insulin dan resistensi kerjanya pada jaringan sasaran. Powers, 2010 • Kegagalan sekresi insulin, yaitu berhubungan dengan sensifitasnya. Pada DM tipe 2, mulanya sekresi insulin meningkat sebagai respon terhadap resistensi insulin untuk mempertahankan glukosa normal. Selain itu, diperkirakan bahwa ada kelainan pada gen yang mengakibatkan kegagalan sel beta pankreas untuk mensekresi insulin. • Resistensi insulin, ialah penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan sasaran khususnya otot, hati, lemak. Hal ini merupakan kombinasi dari genetik dan obesitas. Resistensi insulin adalah relatif, akan tetapi karena jumlah insulin yang beredar lebih banyak dari biasanya, akhirnya dapat menormalkan kadar glukosa plasma. Namun lama-kelamaan, produksi insulin semakin berkurang dan ditambah adanya resistensi insulin akhirnya mengakibatkan kegagalan penggunaan glukosa oleh jaringanyang bergantung insulin serta akan terjadi peningkatan produksi produksi glukosa oleh hati. Keadaan ini mengakibatkan hiperglikemia. Mekanisme yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin belum dapat dijelaskan. Universitas Sumatera Utara Diagnosa Menurut PERKENI 2011, berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini • Keluhan klasik DM berupa poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. • Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Diagnosa DM dapat ditegakkan melalui tiga cara • Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mgdL sudah cukup menegakkan diagnosis DM. • Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mgdL dengan adanya keluhan klasik. • Tes toleransi glukosa oral TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitive dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. Komplikasi Menurut Price dan Wilson 2002, komplikasi – komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor 1 komplikasi metabolik akut, dan 2 komplikasi-komplikasi vaskular jangka panjang. 1. Komplikasi Metabolik Akut Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan badan keton. Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis dan Universitas Sumatera Utara ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan dieresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok. Akhirnya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan meninggal. 2. Komplikasi Kronik Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh- pembuluh kecil mikroangiopati dan pembuluh-pembuluh sedang dan besar merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina retinopati diabetik, glomerulus ginjal nefropati diabetik dan saraf-saraf perifer neuropati diabetik, dan otot-otot serta diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskular ini. Gangguan-gangguan ini berupa 1 penimbunan sorbitol dalam intima vaskular, 2 hiperlipoproteinemia, dan 3 kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya, makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskular. Trombosit
a. Perlunya dilakukan pemeriksaan audiometri pada penderita DM Tipe-2 untuk mengetahui secara dini adanya komplikasi berupa mikroangiopati yang tejadi pada organ pendengaran sehingga dapat dilakukan pencegahan serta penatalaksanaan selanjutnya. b. Perlunya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala agar dapat mengkontrol kadar gula darah penderita DM Tipe-2 guna mencegah terjadinya komplikasi mikroangiopati yang terjadi pada organ pendengaran. c. Perlunya pembekalan edukasi kepada penderita DM Tipe-2 mengehai hal keteraturan berobatnya guna mengontrol kadar gula darahnya agar dapat mencegah terjadinya komplikasi baik pada organ pendengaran maupun pada organ lain. d. Perlu dilakukan pula untuk penelitian lanjutan yang menghubungkan antara ambang dengar pada penderita DM Tipe-2 dengan terjadinya komplikasi mikroangiopati pada organ lain. DAFTAR PUSTAKA Agarwal, Y. Platz, E. Niparko K. 2009. Risk Factor for Hearing Loss in US Adults Data from National Health and Nutrition Examination Survey 1999- 2002, Otology and Neurootology, Vol 30, No. 2, pp 139-145. Agarwal, C., Pujary, L., Ganapathy, K., Balakrishnan, R., Nayak, D., Hasan, F. 2013. Pure Tone Audiometry and Otoacoustic Emission for the Assessment of Hearing Loss in Diabetic Patients. India Indian Journal of Otology, pp 13-17. American Speech-Language-Hearing Association. 2005. Guidelines for Manual Pure-Tone Threshold Audiometry [Guidelines]. Retrieved Desember 01, 2012, from Atcherson, S. R., & Prout, T. M. 2003. How to Describe and Characterize Your Hearing Loss. Journal of the Association of Medical Professionals with Hearing Loss , 1 2. Austin, D. F., Martin, Griset, S., Millan, G. P., Dermot. D., Fausti. S. 2009, Diabetes-Related Changes in Hearing, American The Laryngoscope, pp 1788-1796. Brainbridge KE, Hofman HJ, Cowie CC. 2008. Diabetes and Hearing in the United States Audiometric Evidence from the National Health and Nutrition Examination Survey, 1999 to 2004. Annals of Internal Medicine; Amerika Serikat. 1-10. Bener, A., Salahaldin, A. H., Darwish, S. M., Al-Hamaq, A. O., Gansan. L., 2008, Association Between Hearing Loss and Type-2 Diabetes Mellitus in Elderly People in a Newly Develop Society. Qatar Biomedical Research. pp. 193 187-193. British Audiology Recommended Procedure. 2004 Pure Tone Air and Bone Conduction Thereshold with and without Masking and Determination of Uncomfortable Loudness Lever. March. pp. 1-27. Chartrand MS. 2003. Diabetes Mellitus and Hearing. Audiology Online Retrieved November 25, 2012 Departemen Kesehatan Republik Indonesa. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan metabolik;pp. 1-46. Diniz , Guida HL. 2009 .Hearing Loss in Patients with Diabetes Mellitus. Brazilian Journal Otorhinolaryngology. 754. pp 573-8. Djokomoeljanto Neuropati Diabetic Naskah Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. dalam rangka purna tugas Prof. DR. Dr. RJ. Djokomoeljanto. Semarang Penerbit Universitas Dipenogoro. pp 1- 14 Erdem, T., Ozturan. O., Miman, M. C., Ozturk, C., Karatas, E., 2003. Exploration of The Early Auditory Effects of Hyperlipoproteinemia and Diabetes Mellitus using Otoacoutic Emission. Turkey Eur Arch Otorhinolaryngology. pp . 260 62-66. Fadhlan, I,. 2010 dalam Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural Dengan Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Terkendali Baik dan Tidak Terkendali Baik. Foster DW. 1998. Diabetes Mellitus. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 14th Frisina S, T., Mapes F., Kim S. H., Firsiana D. R., 2006, Characterization of HearingLoss in aged Type II Diabetics. Hearing Reasearch 211. pp. 103 – 113 Fukushima H, Cureoglu S, Scachern PA, Paparella SS, Harada T, Oktay MF. 2006. Effect of Type 2 Diabetes Mellitus on Cochlear Structure in Humans. Arch Otolarngology Head and Neck Surgery, 132 934-938 Gazzaz, Z., J., Makhdon, M. N., Dhafar, K. O., Maimini, O., Farooq, M. U., Rasheed, A. 2011. Pattern of Otorhinolarybgological Disorders in Subjects with Diabetes. Saudi Arabia The International Medical Journal Malaysia. pp 102 13-16 Gacek RR, 2009, Anatomy of the Auditory and Vestibular System. In. Ballanger’s Otorhinolaryngology17, Head and Neck Surgery. Connecticut BC Denker Inc pp. 5 -7 Gopinath, M., Mcmahont, C., Rotchchina, E., Wang, J., Boyages, S,. Leeder, S., 2009, Original Article Complication Relationship of Type-2 Diabetes to The Prevalence, Incidance and Progression of age-related hearing loss. Australia, pp. 483-488. Gustian,R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1857 – 1859. Hain, T. C. Ed.. 2012. Hearing Testing. Retrieved November 21, 2012, from American Hearing Research Foundation Janker, D. S., Bodhe, C. D., Bhutada, T. B., 2012. A Study on Hearing Loss In Type II Diabetics. India International Journal of Medical Research & Health Sciences. pp. 24 893-898 Jianmin Ren, Peng Zhao, Li Chen,Anting Xu,Stacey N. Brown,and Xiaoyan Xiaoa. 2009. Hearing Loss in Middle Aged Subject with Type 2 Diabetes Mellitus. Archieves Medical Researches. pp 18-23. Kakarlapudi V, Sawyer R, Staecker. 2003. The Effect of Diabetes on Sensorineural Hearing Loss. Otology and Neurotology. vol 24 382-86. Keith, R. W., & Pensak, M. L. 2003. Auditory Testing and Remediation. In Lee, & Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. McGraw Hill. pp. 40-52 Khariwala, S. S., & Weber, P. C. 2014. Anatomy and Physiology of Hearing. In B. J. Bailey, J. T. Johnson, & S. D. Newlands, Head & Neck Surgery - Otolaryngology, 4th Edition. Philadeplhia Lippincott Williams & Wilkins. pp. 1883-1903. Khariwala, S. S., & Weber, P. C. 2014. Allergic and Nonallergic Rhinitis. In B. J. Bailey, J. T. Johnson, & S. D. Newlands Eds., Head & Neck Surgery – Otolaryngology. 4th ed., Vol. I. Lippincott Williams & Wilkins. pp. 352-354 Kolegium Ilmu Kesehatan THT-KL. 2008. Modul Utama Modul Telinga Gangguan Pendengaran. Maia CA, Alberti C, 2005. Diabetes Mellitus as etiological factor of hearing loss. Rev Brass Ottorinolaringology, vol. 71, pp. 208 – 214. Mathers, C., SMith, A., & Concha, M. 2000. Globar burden of Hearing Loss in the year 2000. Global Burden of Disease 2000, pp. 1-30. Moller AR. 2006. Anatomy of The Ear. In Moller AR, editor. Hearing Anatomy, Physiology, and Disorder of The Auditory System. 2nd Moller AR. 2006. Anatomy of The Ear. In Moller AR, editor. Hearing Sensory systems anatomy and physiology. 2 ed. San Diego, California USA. p. 3-17. nd Morales, L. V. D., Renaud, K. J., Sevilla, M. E. G., Prado, J. H., Hernandez, J. M. M., 2005. Auditory Impairment in Patients with Type-2 ed. San Diego, California USA; pp. 273-304. Diabetes Mellitus. Mexico Archives of Medical Research. pp. 36 506- 510. Mozzafari, A,. Tajik, A,. Arioei, N,. Ali, E, F., Benham, H,. 2010, Diabetes Melitus and Sensorineural Hearing Loss Among Non-Elderly People,.Eastern Mediterranean Health Journal. Vol. 6, No, 947-952 Naini, A, S., Fathololoomi, M, R,. 2003. Effect of Diabetes Mellitus on the Hearing Ability of Diabetic Patients. NRITLD. Tanaffos;26; 51-8 Nepal MK, Rayamajhi P, Thapa N. 2007. Association of systemic disease with sudden sensorineural hearing loss. Journal of Institute of Medicine; 29 25-28. Panchu, P,. 2008,. Auditory Acuity in Type-2 Diabetes Melitus,; International Journal of Diabetes Dev Ctries; 284. pp. 114-20. Pani, V., Swathi, V. M., Jasmine, A., 2013. Effect of Early Onset Type-2 Diabetes Mellitus on Hearing. Mysore Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences. Vol. 2., pp. 8880-8885. Pemmiah, & Srinivas. 2011. Hearing Loss in Diabetes Mellitus. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicnine and Public Health , 725-731. PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di Indonesia, Jakarta Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, pp. 4 – 69. Purnamasari D. dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi ke-5. Jakarta Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI; pp 1880-83. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, pp 1 – 268. Rozanska K M., Chodynicki S, Rinalska I., Kowalka I. 2002. Hearing Loss of Diabetes Mellitus type II. Otolaryngology Pol. 5, 607 – 610 Sasso, F. C., Salvotare, T., Tranchino, G., Cozzolino, D., Caruso, A. A., Persico, M., Gentile. S., Torella, D., Torella, R., 1999. Cochlear Dysfunction in Type-2 Diabetes A Complication Independent of Neurophaty and Acute Hyperglicemia. Italy The Departement of Gerontology and Metabolic Disease and The Departement of Otorhinolaryngology of University of Neples Federicco II. pp. 4811 1346-1350. Sakuta H, Suzuki T, Yasuda H. Type 2 diabetes and hearing loss in personnel of the Self-Defense Forces. Diabetes Research and Clinical Practice 2007; 75, pp 229-34. Shahab A, 2006, Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Penyakit Jantung Koroner,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV, Jakarta, Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1894 - 1897 Shen, F. C., Hsieh, C. J., 2013. Severity of Hearing Impairment is Positively Associated Eith Urine Albumin Excretion Rate In Patients With Type 2 Diabetes, Taiwan Journal of Diabetes Investigation. pp 1-5. Shuen Fu W, Shyang Yuh W, Thien Chen, Jen Chuan; Fu Yen T. 2004 . Prognostic Factors of Sudden Sensorineural Jearing Loss in Diabetic Patient. Diabtes Care , pp. 2560-2561. Soegondo S,. 2006. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus Tpe-2. Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1860 – 1863. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran Tuli. Dalam Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi ke-6. Jakarta Balai Pustaka FKUI; 2007 pp. 10-22. Soetirto I, Hendarmin H, Basharudin J. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga Edisi Keenam. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 30-40 Staecker H. Sawyer R, Kakarlapudi V. 2003. The Effect of diabetes on sensorineural hearing loss. Journal Of Oto-Neurootology , pp. 382 – 386. Suwento R, Hendarmin H, 2007. Gangguan Pendengaran Pada Geriatri, dalam Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti DR penyunting, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorork Kepala dan Leher, Edisi 6, Balai Penerbit FK UI; pp. 43 – 45. Sunkum, J. K., Pingile, S., 2013. A Clinical Study of Audiological Profile in Diabetes Mellitus Patients. India Aur Arch Otorhinolaringology . pp. 270 875-879. Tan KCB, Chow WS, Metz C. 2002. Advanced Glycation End Products and Endothelial Dysfunction in Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2002; 25 1055-59. Tazaki, M, H,. Mansourian, A, R,2011,. The Comparison of Hearing Loss Among Diabetic and Non Diabetic Patients,. Journal of Clinical and Diagnostic Research, Vol Votey SR, Peters AL. Diabetes Mellitus Type 2-A Review. Emergency Medicine, UCLA 2008. Votjka ,J,, Ciljakova, M,. Banovcin P,. 2012, Diabetic Microangiophaty- Ethiophatogenesis, New Possiblities in Diagnoisis and Management. Availble from Waspadji, S. 2009. Komplikasi Kronik Diabetes Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-5. Jakarta Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1922-29. World Health Organization, 2010. Deafness and Hearing Impairment, Available from
kesimpulan dan saran diabetes melitus